Senioritas di Sekolah

(backsound)

Kamu melihatku nafsu kau pikir ku tak tahu

Dekatiku seakan kau tak perduli waktu
Gayamu buaiku ku akui aku mau
Kau godai aku

Melihatku nafsu kau pikir ku tak tahu
Dekatiku seakan kau tak perduli waktu
Gayamu buaiku ku akui aku mau
Kau godai aku

Melihatku nafsu kau pikir ku tak tahu
Dekatiku seakan kau tak perduli waktu
Gayamu buaiku ku akui aku mau
Kau godai aku

Stay cool and lovely

(Godai Aku Lagi by Agnes Monica)

Backsoundnya terdengar tidak penting?? Sudahlah, jgn terlalu diperhatikan.

$ Thx bwt Kaje, Natanlala, en Gilang Kinasihan yg udah ngasih gw award yg sama berturut". Widih. Kayak Final Destination aja nih, satu aksi menimbulkan another reaksi.

Eh, ada blogger baru nih. Kita mampir yuk ke Ghentey. Temen SMA gw jg neehh. KKN itu penting, bung!

Ultah gw tgl 11 November nanti ngadain acara apa ya?? Gimana kalo bakar" orang en rumah aja??


$$ Thx bwt yg udah mw nyumbang nama Duo Kelinci (kok kayak nama kacang ya??) gw di postingan kemarin. Sayangnya sebelum mereka bikin album utk menyaingi Duo Maia atw Glenn Fredly-Dewi Persik, Tuhan sudah memanggil mereka sehari setelah postingan kemarin diterbitkan.

Penyebab kematiannya masih belum diketahui. Kemungkinan besar karena hawa dingin malam yg menusuk bulu" mereka yg masih tipis (mereka kan masih anak", mungkin ABG??). Kita doakan saja Duo Kelinci yg belum sempet gw kasih nama itu tenang di alam sana. Hiks..hiks...


$$$ Udah tahu belum klo Sindentosca tuh sebenernya hanya seorang diri. Namanya Jalu gitu, dia main semua alat musik yg terdengar di lagu Kepompong (bocoran: Blog gw bakal ganti nama kayak kepompong gitu deh bulan November)


$$$$ En how about SMA 70 yg masuk BUSER seperti yg udah gw sebar"in di plurk?? Kasus senioritas en sok jago murid SMA kembali happening.

Sabtu kemaren gw nonton BUSER, berita ttg SMA 70, skulnya Raditya Dika dulu, pengarang tetralogi Kambing Jantan. SMA 70 terlihat mengerikan dgn berita kekerasan, pemalakan , bahkan pelecehan seksual (murid cowok jg jd korban lho). Lebih lengkapnya baca artikel yg gw ambil dr google di bawah ini.

Korban Kekerasan di SMA 70 Masih Trauma

Liputan6.com, Jakarta: Duduk di sekolah favorit mungkin menjadi idaman semua siswa. Namun di SMA 70 Jakarta, sebagian siswa baru kelas satu harus mengalami tradisi seperti penganiayaan, tawuran antarsiswa, hingga pemerasan. Selain takut, ada alasan lain di balik ketidakberdayaan para siswa baru.

Tidak semua siswa kelas satu, sanggup bertahan. Sebagian siswa bahkan terpaksa harus mencari sekolah baru untuk menghindari aksi senioritas. "Akhirnya saya udah ga mau sekolah, saya di kamar aja kerjanya. Akhirnya orangtua ngambil inisiatif harus pindah. terus nyari sekolah pindahan," kata salah seorang siswa.

Keputusan pindah jelas membuat kecewa korban maupun orangtuanya. Meski sudah tidak bersekolah di SMA 70, trauma masih menghantui korban. Perasaan ini pula yang kini banyak dirasakan siswa kelas satu yang bertahan. Mereka berharap tradisi yang tak pantas ini segera dihentikan.

Kekerasan di SMA 70 Peristiwa Lama

debby

BERITAJAKARTA.COM — 20-10-2008 18:49

Dunia pendidikan di ibukota digegerkan dengan aksi kekerasan yang dilakukan siswa senior terhadap juniornya. Kali ini kabar tak sedap menerpa SMAN 70 Bulungan Jakarta Selatan yang menjadi sekolah favorit di Jakarta. Untuk memastikannya, Dinas Pendidikan Menengah Tinggi (Dikmenti) DKI Jakarta mengirimkan tim untuk mengusut kasus tersebut. Hasilnya, kasus tersebut merupakan peristiwa lama yang terjadi pada 2004 silam.

Agar peristiwa ini tidak terulang, Dikmenti menerapkan dua aspek internal dan eksternal di tiap sekolah negeri. Kendati demikian, agar kekerasan antar siswa di sekolah, khususnya terhadap siswa baru, dapat dihapus dari dunia pendidikan DKI, Dikmenti telah menerapkan dua aspek yaitu internal dan eksternal.

Jadi tiap siswa baru yang masuk sekolah tertentu harus menandatangani nota kesepakatan tata tertib yang ada di sekolah. Isinya antara lain mengatur kalau siswa melakukan kesalahan seperti tawuran di luar sekolah, melakukan pemerasan/pemalakan dan kekerasan didalam sekolah maka akan dikenakan sanksi mulai dari skorsing hingga dikeluarkan dari sekolah. Nota kesepakatan tersebut ditandatangani di hadapan orangtua murid yang bersangkutan.

Sedangkan aspek eksternal, Dikmenti meminta pihak sekolah agar bekerjasama dengan kepolisian, kelurahan, dan masyarakat setempat untuk menjaga situasi kondusif sekolah. Agar para siswa dapat belajar dengan aman dan tentram serta terhindar dari kekerasan atau melakukan kekerasan.

Ketika peristiwa kekerasan di SMAN 70 ditayangkan sebuah televisi swasta dan dilanjutkan dengan pemberitaan di media massa, Dikmenti segera melakukan penyidikan apakah peristiwa tersebut benar-benar terjadi atau tidak. Kepala Dikmenti DKI Jakarta, Margani Mustar, langsung menghubungi Pono Fadlullah, Kepala Sekolah SMA 70 melalui telepon untuk meminta klarifikasi pemberitaan tersebut. Selain itu, Dikmenti juga menurunkan tim pengawasan ke sekolah yang termasuk sekolah favorit itu untuk menemukan fakta dan informasi yang benar.

Dari hasil klarifikasi dan penyidikan langsung, Dikmenti menemukan bahwa yang ditayangkan oleh televisi merupakan peristiwa lama yang terjadi pada tahun 2004. Siswa pelaku kekerasan di dalam video tersebut telah diberikan sanksi dari pihak sekolah. Dari tahun 2005 hingga tahun ini, kekerasan antarsiswa senior terhadap juniornya sudah diminimalisir oleh pihak sekolah. Paling yang sekarang yang ada hanya sisa-sisa kecil kekerasan. Itu pun tidak sampai terjadi perkelahian antarsiswa di dalam atau di luar sekolah. “Kepala sekolah SMA 70 dan seluruh guru telah menjamin hingga sekarang tidak ada kekerasan sama sekali antarsiswa mereka,” ujar Margani, Senin (20/10).

Menurut dia, Dikmenti tidak perlu sampai memanggil kepala sekolah karena sudah ada bukti jelas dan tidak ada pengenaan sanksi terhadap Pono Fadlullah. Namun demikian, agar tayangan tersebut tidak lagi terjadi dan tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun tidak lagi dialami para siswa, Dikmenti menginstruksikan kepada seluruh Kepala Sekolah di 116 SMA negeri, 62 SMK negeri, 346 SMA swasta, dan 606 SMK swasta agar menerapkan dua aspek bagi siswa, orangtua dan guru.

“Kita sudah memotivasi untuk meminimalisir kekerasan dalam sekolah dengan dua aspek yaitu aspek internal dan eksternal,” jelas dia. Dikmenti juga melakukan komunikasi kepada kepala sekolah dan komite sekolah sebagai bentuk pengawasan. Jika ada kepala sekolah terbukti melakukan kesalahan akan dimintai keterangannya dan dikenakan sanksi sesuai prosedur yang ada.

Senioritas Dibungkus Rapi

Meski peristiwa kekerasan di SMA 70 merupakan kasus lama, ternyata para siswa kelas III SMA 70 masih menjunjung senioritas. Agar tidak tercium pihak sekolah, siswa senior menyebut dirinya Agit sedangkan junior dipanggil Utas. Bahkan belakangan pihak sekolah sudah mencium adanya pengumpulan Utas untuk dibina para Agit. Belakangan hal ini tak terbukti.

Pono Fadlulah menjelaskan, kekerasan yang sering diberitakan televisi merupakan dokumentasi dari tahun 2001-2006 tentang adanya kekerasan antar siswa. “Ketika ada berita tersebut, sekolah langsung menindaklanjutinya," kata Pono, Senin (20/10). Seandainya terbukti, lanjutnya, sekolah akan memberikan sanksi kepada siswa yang melakukannya.

Sejak menjabat Kepsek SMA 70 dari Februari 2008, Pono tak sekalipun menemukan kekerasan di sekolahnya. Karena semuanya sudah dilakukan tindakan pencegahan. Bahkan, begitu berita televisi mencuat terdengar rumor bahwa anak kelas tiga (agit) sudah mengumpulkan anak kelas satu (Utas) untuk memperlihatkan kesenioritasan mereka. Mereka menyebutkan kata-kata tersebut supaya guru ataupun kepala sekolah tidak mengetahuinya, namun sekolah terus memantau dan mencari tahu apa istilah dari kata-kata tersebut.

Rumor tersebut juga tidak terbukti. "Tidak ada siswa kelas satu dikumpulkan oleh siswa kelas tiga," tegasnya. Namun tim kesiswaan dari para guru terus memantau kepulangan siswa kelas satu, dengan menghubungi orang-orang yang biasa menjemput atau ke rumahnya. Bahkan tim kesiswaan siap mengantarkan siswa kelas satu ke rumahnya. "Ini untuk mencegah kekerasan dilakukan di luar sekolah. Kenyataannya sampai sekarang sudah tidak ada kekerasan," pungkasnya.

Gw udah berusaha dpt konfirmasi dr Raditya Dika yg lg syuting di Ausy. Sayangnya di posting barunya hari ini, dia belum menanggapi coz belum tahu pasti berita itu. Konfirmasi gw dapet dr temen gw yg ex-SMA 70. Dia bilang BUSER terlalu melebay"kan. Entah bagian mana yg di"lebay"kan.

Bukan maksud gw menjelekkan" SMA 70. Sorry bgt kalo ada yg tersinggung. Tp menurut gw senioritas itu udah biasa ah.

Dulu gw di SMA 112 aja mengalami senioritas, tp cukup aneh.

Misal : KK : Kakak Kelas
G:Gw

KK : Hei, kelas satu. Sini lo!
G : (dgn perut buncit, muka 'minta disiksa', en jalan kayak keong) Ada apa, kak? (udah gemetar)
KK : (melihat muka gw) Lewat dah.
G : Hah??

Kakak kelas yg aneh. Cuma nyuruh gw ngelewatin kelasnya. Tp baguslah gw gak diapa"in. Kadang" gw juga dicegat cuma ditanyain pertanyaan" konyol en super duper gak penting.

Kakak" kelas gw gak terlalu ganas walaupun lebih tinggi, lebih sangar, en jauh lebih besar daripada angkatan gw. Yg lebih beringas malah temen" kelas gw sendiri. Gw yg sering jd korbannya. Apalagi makhluk yg disebut "Cumi" itu. Hiks...hiks...maaf, gak kuat ngebahas hal yg 'itu' (teringat saat" mandi di bawah shower sambil berteriak" AKU KOTOR...AKU SUDAH TERNODA....kok Ferdiriva banget ya???)

Jadi senioritas itu emang selalu ada, tp gak separah yg diperlihatkan di tipi. Tipi itu kan sering bgt berlebihan.

Misal: iklan makan permen aja udah kayak ngemut kaviar mahal campur steak daging sapi kualitas nomor satu.

See??

Jd jgn terlalu percaya acara" tipi, klo perlu jgn nonton TV. Dengerin Gen FM ajah. Tp jgn terlalu percaya gw jg sih (kata orang sih nanti musyrik). Jd bener atw gaknya ttg kekerasan pelajar silahkan dinilai sendiri saja. (klo perlu dipraktekkan yah...hehe...)

NB : Ada pesta blogger 2008 hari Sabtu tgl 22 November 2008. Tp belum tahu dimana tempatnya. Pada mw dateng ngumpul gak??