Wednesday, June 18, 2008

My 1st Chapter

Abnormal

Aku menatap lubang hitam di depanku. Apa yang ada di dalam sana? Hatiku bertanya-tanya.

Aku mencondongkan badan ke depan untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Tapi aku tidak melihat apapun. Hanya kekosongan yang dapat kulihat. Kegelapan. Kesedihan. Kepedihan. Air mata.

Tiba-tiba saja aku merasakan semua itu. Apa ini sebenarnya? Rasanya hati ini ingin menjerit.

Semua perasaan itu bercampur aduk dalam dadaku. Tak sengaja air mataku mengalir. Air mata semakin membasahi pipiku seiring dengan tatapanku yang semakin mendalam pada lubang itu. Perassaan apa ini?

Tanpa kusadari, kedua tanganku bergerak ke arah lubang itu. Aku membenamkan kedua tanganku ke dalamnya. Dingin. Rasa dingin ini menjalar dari tangan ke seluruh tubuhku.

Aku menggigil. Kuputuskan menarik tanganku. Ada apa ini? Ah. Kedua tanganku tak bisa keluar dari lubang. Seperti ada lem yang merekat kuat pada tanganku.

Lama kelamaan aku merasa tanganku ditarik semakin dalam. TIDAAKK!!!! Aku berusaha menjerit tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku.

Aku merasakan sepasang tangan lain menempel di punggungku dan mulai mendorongku masuk ke dalam lubang. Aku tak kuasa melawan.

“Siapa kamu?,” tanyaku lirih. Dalam hitungan detik seluruh tubuhku sudah jatuh ke dalam kegelapan. Tak ada satupun cahaya yang dapat kulihat. Tapi aku bisa mendengar suara. Suara tawa anmak kecil. Disusul suara tawa anak kecil lainnya.

Mereka sedang membicarakan sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Lalu kudengar suara lain. Suara langkah kaki. Semakin berat. Semakin dekat. Siapa? Kemudian aku melihat sosok bayangan berdiri di hadapanku. “Siapa kamu?”

“Kamu tidak mengenaliku?,” balas bayangan itu. Perlahan-lahan aku mulai dapat melihatnya dengan jelas. Aku melihat sepatunya.

Itu sepatu yang sedang kupakai sekarang. Lalu kulihat pakaiannya. Pakaian yang dikenakannya juga sama sepertiku.

Ini sangat tiak mungkin. Wajah yang ada di hadapanku adalah wajahku sendiri. Apa-apaan ini? Apakah ini semacam lelucon untuk mengerjaiku?

“Jangan kaget,” katanya ,”Aku adalah Evan. Kamu tidak ingat aku?” Aku tidak bisa mempercayai ini. Dan aku menjerit sekerasnya.





No comments: